Sabtu, 03 November 2012


    “PADAN” / JANJI MARGA PANJAITAN DAN MARGA SIBUEA.

MARGA SIBUEA masuk rumpun marga SIPAETTUA yaitu marga HUTAHAEAN,HUTAJULU,ARUAN, SIBARANI,SIBUEA,PANGARIBUAN DAN HUTAPEA LAGUBOTI.  SIBARANI DAN SIBUEA adalah turunan  RAJA PARTANO anak kedua SIPAETTUA.
Menurut ceritra orang tua-tua bahwa Raja Partano lebih dahulu meninggal dan meninggalkan istri dan seorang anak laki-laki yaitu yang menjadi Marga SIBARANI. Pada suatu saat, janda  Raja Partano hamil,kemudian melahirkan seorang anak laki-laki. Para pengetuai dan turunan SIPAETTUA menanyakan siapa ayah bayi laki-laki tersebut,satu per satu turunan SIPAETTUA yang ditanya tidak ada yang mengaku siapa ayah dari bayi tersebut.Akhirnya  pengetuai menanya dan mendesak janda tersebut untuk mengakui dengan jujur siapa ayah dari bayinya tersebut.
Janda tersebut mengaku bahwa ayah dari anak tersebut adalah RAJA SITUNGO  MARGA PANJAITAN dari Sitorang. Anak tersebut diberi nama SIBUEA. Dikemudian hari turunan SIBUEA dan PANJAITAN mengadakan PADAN atau PERJANJIAN antara lain berbunyi:  “Nang tu joloan on naso jadi halupahononta, sisada ama do Sibuea  mardua ina dohot pomparan ni RAJA SITUNGO  PANJAITAN. PADAN ni Ompu, padan paranggi dolion Panjaitan dohot Sibuea, naso boi masibuatan boru”.             
 Artinya : Dimasa depan tidak boleh kita lupakan bahwa SIBUEA dan PANJAITAN adalah satu Ayah dan dua Ibu dengan keturunan RAJA SITUNGO PANJAITAN.
 “Padan ni Ompu” perjanjian nenek moyang Marga Panjaitan panggil adik kepada Marga Sibuea, turunan kedua marga  tidak boleh atau tabu saling menikahi.             

PADAN / JANJI PANJAITAN DAN SIMANULLANG





    
  “PADAN” /PERJANJIAN MARGA PANJAITAN DAN MARGA SIMANULLANG.

Marga SIMANULLANG  adalah turunan SI RAJA OLOAN adik dari marga SINAMBELA, dimana  SINAMBELA  satu ibu  BORU PASARIBU dengan SIMANULLANG , anak perempuan RAJA UTI dari Barus.  Setelah adanya “PADAN” /PERJANJIAN marga PANJAITAN dengan marga SINAMBELA berdasarkan  hubungan keturunan, yang telah diakui oleh Raja-raja Adat, maka marga  SIMANULLANG dan PANJAITAN juga merasa ada hubungan keturunan  . Maka hubungan marga SIMANULLANG dengan marga PANJAITAN, juga  seperti berdasarkan Perjanjian/Padan dengan SINAMBELA  yaitu:  Turunan si RAJA PANJAITAN adalah abang dari  segi keturunan dan adik dari segi kerajaan terhadap keturunan marga SIMANULLANG, kedua marga dilarang, tidak boleh atau tabu saling menikahi.


PADAN / JANJI PANJAITAN DAN SINAMBELA


  
  
 PADAN MARGA PANJAITAN DAN MARGA SINAMBELA.

Telah disajikan sebelumnya bahwa RAJA SITUNGO NAIBORNGIN tidak kembali ke Sitorang, menurut kabar sudah meniggal,tetapi anak dan cucunya Raja Sijorat tidak mengetahui dimana meninggal dan dimana makamnya.
 Menurur keterangan Raja Welsing Panjaitan ,anak Raja Pandua OMPU SI MONGGUR Hutanamora  yang tinggal di Jl. Pabrik Tenun Medan dan mantan pegawai Pemerintah Daerah Propinsi Sumatra Utara adalah sebagai berikut:  Bagi turunan orang Batak adalah aib atau rasa malu, bila orang tua atau ompung/kakek seseorang tidak diketahui keberadaannya ,”bangke dohot hinamborna” atau mayat dan makamnya.
Jadi dalam beberapa tahun diselidiki oleh RAJA SIJORAT kemana perginya, dimana tinggal,jika sudah  meninggal   dimana makamnya. Menurut kabar yang dapat dipercaya dari beberapa tokoh adat,bahwa RAJA SITUNGO NAIBORNGIN  berada di Bakkara,sudah menikah dan mempunyai keturunan, meninggal dan dimakamkan di Bakkara.                                                                                                                                               Oleh sebab itu pergilah RAJA SIJORAT mencari tempat tinggal RAJA SITUNGO NAIBORNGIN , dengan tujuan jika ketemu makamnya ,maka kerangkanya akan digali [mangokkal  holi ni natua-tua] dan dibawa ke Sitorang untuk dilakukan upacara pemakaman menurut adat Batak.    Setelah tiba di Bakkara, RAJA SIJORAT bertemu dengan tokoh-tokoh  adat di Bakkara, diimana beliau menanyakan kebenaran kabar bahwa RAJA SITUNGO NAIBORNGIN sudah meninggal dan dimana makamnya. Setelah diketahui makamnya,maka RAJA SIJORAT member tahu maksudnya  kepada Raja-raja Adat disana untuk “mangokkal holi ni Ompungna” menggali makam kakeknya dan membawa kerangkanya ke kampung halamannya di Sitorang.
Maksud RAJA SIJORAT untuk menggali makam tidak disetujui RAJA SI SINGAMANGARAJA dengan mengatakan bahwa makam tersebut adalah makam orang tuanya. Setelah beberapa lama berdialog ,tidak ada kesepakatan diantara RAJA SIJORAT dan RAJA SI SINGA MANGARAJA. Selanjutnya Raja-raja Adat memutuskan  agar kedua mereka mengadu kekuatan dan kesaktiannya disaksikan Raja-raja Adat dengan cara “marsiranggut dohot martinju” atau berhantam bergumul dan bertinju. Siapa yang menang ,dialah turunan orang mati dalam makam tersebut yang lebih Sakti dan berhak menggali makam yang diperebutkan.                                                               Mereka  berhantam selama satu hari tidak ada yang menang,diteruskan berhantam sampai hari-hari berikutnya sampai tujuh hari bergumul dan bertinju tidak ada yang menang. Akhirnya Raja-raja Adat memutuskan  bahwa RAJA SIJORAT dan RAJA SI SINGA MANGARAJA adalah sama kuat dan sakti dan merupakan turunan dari RAJA SITUNGO NAIBORNGIN yang sudah meninggal dan terkenal sebagai Dukun Besar dan Sakti.
Dasar pertimbangan Raja-raja Adat berdasarkan hukum dan adat Batak:
“Marojahan tu adat dohot uhum  na hombar tu adat pinahot nasida:                                                                    Molo nidanggurhon batu ni halto tu porlak ni dongan, jala tubu ma disi,tontu nampuna porlak I do nampuna bagot i. Songon I ma pangkataion ni angka Raja-raja Adat dohot pangituai ni angka Omputta,dihubungan pardongan tubuonta tu marga Sinambela. Dipahot RAJA SINGAMANGARAJA dohot RAJA SIJORAT PARALIMAN  ma Padan dohot Tonggo natangkas: HAHA NI PARTUBU,ANGGI NI HARAJAON MA RAJA SIJORAT PARALIMAN TU RAJA SINGAMANGARAJA,NASO BOI MASIBUATAN BORU”. [Sumber:PANITIA TUGU RAJA PANJAITAN,1971, hal .30]
 Terjemahannya: Berdasarkan Adat dan Hukum yang sesuai dengan adat yang berlaku: Jika seseorang melemparkan bibit tanaman “halto” atau bibit pohon enau ke kebon orang lain dan bibit itu tumbuh menjadi pohon enau, maka yang punya  pohon enau itu adalah yang punya kebon.  Begitulah pertimbangan  pengetuai Adat tentang” Padan Pardongan Tubuon” antara Marga Panjaitan dan Sinambela, dimana   Padan/Perjanjian  tersebut  antara RAJA SINGAMANGARAJA SINAMBELA dengan  RAJA SIJORAT PARALIMAN PANJAITAN dinyatakan dalam  pernyataan bahwa:  TURUNAN RAJA PANJAITAN ADALAH ABANG DARI SEGI KETURUNAN DAN ADIK DARI SEGI KERAJAAN TERHADAP  KETURUNAN RAJA SINGAMANGARAJA, TIDAK BOLEH ATAU TABU SALING MENIKAHI .
Selanjutnya  Raja-raja adat di Bakkara menyuruh Omputta RAJA SINGAMANGARAJA DAN RAJA SIJORAT  “MEBAT” atau kunjungan adat dan mohon doa restu tentang kerajaan dan kesaktian kepada pamannya RAJA UTI PASARIBU, juga bergelar RAJA RUM di Barus sebagai Raja Kerajaan terkaya dan tertua di Sebelah barat Pulau Sumatera;  hasil perdagangan kapur Barus pengawetan barang berharga dan pakaian beberapa abad dengan India ,Timur Tengah dan Eropah.Mereka pergi ke Barus sebab Ibu R.SINGAMANGARAJA adalah boru Pasaribu anak perempuan RAJA UTI PASARIBU. Mereka berdua pergi ke Barus melintasi hutan yang banyak binatang liar seperti ular, harimau dan lain-lain. RAJA SINGAMANGARAJA DAN RAJA SIJORAT bisa sampai dan masuk Istana Kerajaan.
Melihat kedua tamunya dapat masuk istana kerajaan, dapat menembus hutan-hutan dengan binatang liar dan penjaga istana yang ketat,maka dalam hatinya RAJA UTI, kedua tamu tersebut adalah Orang Yang Sakti. Oleh sebab itu RAJA UTI tidak mau bertemu langsung dengan kedua tamunya dan dia naik ke “songkor” /diatas plafon rumahnya dengan maksud mengamati tindak tanduk kedua tamunya tersebut. Kedua tamu bertemu dan berkenalan dengan “nantulang”/ istri pamannya RAJA UTI. Nyonya RAJA UTI mengajak makan kedua “berenya”/ keponakannya dan menanyakan apa ada makanan kesukaan mereka untuk dihidangkan sebagai tamu dan bere. Jawab RAJA SIJORAT selain hidangan nasi dan lauk agar dihidangkan juga sayur sijungkat atau limut [sejenis sayur yang tumbuh di dalam air dan sayurnya panjang ,dapat dimakan mentah ataupun digodok], hal ini sebagai siasat untuk dapat melihat keatas plafon secara sopan sewaktu makan.
Pada waktu makan RAJA SINGAMANGARAJA  duluan makan sayur yang panjang dan menengadah keatas plafon yang berlobang diatasnya dan bertemu mata dengan pamannya RAJA UTI. Lalu RAJA SINGAMANGARAJA  menucapkan: “Beremuna do hami Tulang,turun ma Rajanami asa rap mangan hita”,artinya  Kami adalah keponakan paman,silahkan turun ,marilah kita makan bersama.  Lalu RAJA UTI menjawab: “Raja na Marsahala,angka na bisuk jala na bijaksana,anak ni Raja Toba, turun pe ahu asa rap mangan ,dungi  mangkatai dohot hamu “ artinya  Raja yang Sakti, pintar dan bijaksana Anak RAJA TOBA, Aku akan turun makan bersama dan setelah itu kita berbicara.
Dalam pembicaraan setelah makan, RAJA UTI mengatakan: “RAJA SIJORAT PARALIMAN MA GOARMU, AI JINORAT NI SAHALAM DO UMBAHEN NA PAJUMPANG BOHI HITA”. Namamu adalah RAJA SIJORAT PARALIMAN,karena kesaktianmu memesan sayur limut dapat menjerat Aku  untuk ketemu muka. Menurut orang tua-tua inilah permulaan nama RAJA SIJORAT PARALIMAN sebelumnya namanya adalah Raja Sijorat.
Dalam pembicaraan, kemudian RAJA UTI menguji kesaktian kedua berenya dengan menyuruh  mencari 5  keanehan atau keajaiban yang belum pernah terjadi yaitu “Manang na boi luluan nasida 5 tanda halongangan naso dung hea masa,ima: 1.Lote na marlau [namarihur], 2.Pungga namarimbulu, 3.Bulung ni ri na sabolak ni anduri, 4. Boru na boi marsabe-sabehon tarusna, 5. Hoda namartanduk” Terjemahannya: Apakah berenya dapat mencari dan menunjukkan keanehan yang belum pernah terjadi sebelumnya yaitu: 1. Burung puyuh yang berekor panjang, 2.Batu asah yang berbulu,3.Daun alang-alang selebar alat penampi beras, 4.Perempuan yang buah dadanya panjang sampai kebelakang bahunya,5.Kuda yang bertanduk.
Sesuai dengan petunjuk arahan RAJA UTI, maka RAJA SIJORAT PARALIMAN dan RAJA SINGAMANGARAJA  pergi mencari perintah paman mereka tersebut. Menurut keterangan dalam buku PANITIA TUGU RAJA PANJAITAN,1971 [h46],R.SIJORAT PARALIMAN yang mendapat dan mengumpulkan 5 keanehan tersebut yaitu:
1.Burung puyuh yang berekor panjang didapat dan ditangkap bekerja sama dengan marga Siagian  di “bona ni amppapaga” sejenis tumbuhan di  Siampapaga.                                                                                                                                                                                2.Batu asah yang berbulu didapat dari Laguboti.                                                                                                             3.Daun alang-alang selebar alat penampi beras  didapat dari Humbang.                                                                                                                         4.Perempuan yang buah dadanya panjang  didapat dari pulau Samosir dan                                                                5.Kuda yang bertanduk dapat dijerat dan ditangkap di Lembah Silindung, kuda tersebut dijerat dengan tali “ualang namarrante rihit” yaitu tali besar yang lebih dahulu direndam dalam darah sapi atau kerbau,kemudian ditaburi dengan pasir yang kasar.
Setelah 5 perintah keanehan tersebut didapat,maka RAJA SINGAMANGARAJA dan RAJA SIJORAT membawa dan menyerahkan hasil  5 keanehan tersebut kehadapan RAJA UTI. Setelah pertemuan tersebut maka RAJA UTI mengakui  KESAKTIAN KEDUA BERENYA DAN MEREKA SALING MENGHORMATI.
Kemudian  RAJA UTI merestui dan menyerahkan Kerajaan TANO /TANAH BATAK  HASUNDUTAN [Barat]kepada bere kandungnya dan yang melihat muka RAJA UTI pertama kali sewaktu makan dengan sayur sijungkat atau limut. Sesudah itu melantik RAJA SINGAMANGARAJA sebagai SINGA ADAT ,SINGA  HUKUM DAN SINGA KERAJAAN  Tanah Batak dan bernama RAJA SINGAMANGARAJA. Sejak pelantikan itulah namanya RAJA SINGAMANGARAJA. 
Kepada RAJA SIJORAT dengan kesaktiannya waktu pertemuan pertama dan dapat menangkap dan memberikan 5 keanehan,maka diangkat dan dilantik sebagai” RAJA BATAK NA DI HABISSARAN”  atau RAJA BATAK DI BAGIAN TIMUR yaitu TOBA HOLBUNG mulai gunung GUNUNG / DOLOK TOLONG sampai  ASAHAN dan lautan  disebelah Timur atau Selat Malaka.
Demikianlah informasi yang dapat kami sajikan bagi  Hubungan PERJANJIAN MARGA PANJAITAN DAN MARGA SINAMBELA.



Jumat, 08 Juni 2012

PERKIRAAN IUMLAH PENDUDUK SUKU BATAK TAHUN 2010





TABEL 12: JUMLAH PENDUDUK SUKU BATAK PADA SENSUS PENDUDUK 2000

Jumlah populasi
6.076.440 jiwa (Sensus 2000)[1]
Kawasan dengan jumlah penduduk yang signifikan
4.827.000
347.000
301.000
275.000
188.000

Sumber: WIKIPEDIA Ensiklopedia Bebas Tentang: SUKU BATAK



PERKIRAAN JUMLAH PENDUDUK SUKU BATAK TAHUN 2010
Dengan asumsi pertumbuhan 1,5 % setahun seperti pertumbuhan
penduduk Indonesia tahun 2000-2010.
TABEL 13: JUMLAH PENDUDUK ATAU POPULASI SUKU BATAK MENURUT KAWASAN
SENSUS PENDUDUK TAHUN 2000 DAN ESTIMASI TAHUN 2010
SEBANYAK 7.051.000
NO
KAWASAN
JUMLAH TH 2000
JLH TH 2010     %
1.
SUMATERA UTARA
4.827.000
5.602.000       79,4
2.
RIAU
   347.000
   403.000         5,7
3.
DKI.JAKARTA
   301.000
   333.000         4,7     
4.
JAWA BARAT
   175.000
   203.000         2,9
5.
SUMATRA BARAT
   188.000
   218.000         3,1
6.
KAWASAN LAIN
   138.000
   292.000         4.1

JUMLAH
6.076.000
7.051.000     100,0

Jumlah penduduk Suku Batak di Sumatera Utara sekitar 5.602.000 atau 79,4 %
dan diluar Sumatera Utara 20,6 %, berarti 1 diantara Suku Batak hidup di perantauan,
 dimana sebanyak 533.000 atau 8 % berada di wilayah JABODETABEK.

KEPUSTAKAAN DAN  DOKUMEN TAROMBO BATAK :
 1.Dokumen Tarombo dari: Bonifasius Panjaitan /br Sitorus Ompu Sangapan,orang tua Penulis.                                                                                                                                                                                                                         2. Dokumen Taombo dari: Guru Adonia Panjaitan  / br Sitorus,Ompu si Bangar,orang tua Ir Gustav
    Panjaitan  / br .Naipospos  Hutauruk yang sekarang tinggal di  Pondok Indah Jakarta Selatan.                                                                                                                                                                                    3. Dokumen Tarombo dari: Sabar Chris /br Sitompul yang tinggal di Lapangan Batak Setiabudi
    Jakarta Selatan.                                                                                                                                                                                                                                                4.  Dokumen Tarombo dari: Drs Luat Tua Panjaitan M Min/Farida S. br Siahaan Jl.Saridele 2 Komp.
     Kimia Farma Duren Sawit, Jakarta Timur .                                                                                                                                                                          5. PANITIA TUGU RAJA PANJAITAN: Riwayat ni RAJA PANJAITAN PUTERA BATAK .Medan,
    Onan Raja Balige 19 Agustus Agustu 1971.
6.W.Hutagalung. Adat Pardongan Saripeon di Halak Batak. Penerbit “Pustaka” N.V. ,Djakarta,1963.
7. DRS.DJ.GULTOM RAJAMARPODANG. DALIHAN NA TOLU NILAI BUDAYA SUKU 
    BATAK.Cetakan ke-10, CV.ARMADA-MEDAN,1992. 
8. WIKIPEDIA Ensiklopedia Bebas Tentang: SUKU BATAK.
 9. Prof.Dr. J.S.Badudu dan Prof.Sutan Muhammad Zain.Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta,1994.
10. Prof.Drs.S.Wojowasito-W.J.S.Purwadarminta. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia-Inggeris,
     Jakarta, 1980.

Kamis, 31 Mei 2012

PETA DANAU TOBA DAN SEKITARNYA DI TAPANULI UTARA







PETA : TAPANULI UTARA menurut KECAMATAN dan letak PUSUK BUHIT di sebelah barat DANAU TOBA dekat kota PANGURURAN, Tempat Kerajaan Awal SI RAJA  BATAK nenek moyang SUKU BATAK.
Sumber: Drs. DJ. Gultom Rajamarpodang. DALIHAN NA TOLU NILAI BUDAYA SUKU BATAK. Medan 1992,h xv.

SUKU BATAK MENURUT GAYA BAHASA BATAK


SUKU BATAK menurut gaya BAHASA BATAK adalah sebagai berikut.

1.BAHASA BATAK TOBA
2.BAHASA BATAK SIMALUNGUN
3.BAHASA BATAK KARO
4.BAHASA BATAK PAKPAK
5.BAHASA BATAK ANGKOLA
6.BAHASA BATAK MANDAILING

BAHASA BATAK TOBA pada umumnya dianut atau dipakai  penduduk di Daerah Tingkat II Kabupaten : Tapanuli Utara, Toba Samosir, Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli Tengah dan Kotamadya Sibolga.
BAHASA BATAK SIMALUNGUN umumnya di Kabupaten Simalungun dan Kotamadya Pematangsiantar.
BAHASA BATAK KARO umumnya di Kabupaten Karo dan sebagian Deli Serdang dan Kabupaten Langkat
BAHASA BATAK PAKPAK umumnya di Kabupaten Dairi.
BAHASA BATAK ANGKOLA umumnya di Sipirok dan Padangbolak Kabupaten Tapanuli Selatan.
BAHASA BATAK MANDAILING umumnya di didaerah  Mandailing,Padanglawas dan Kota Padangsidempuan Kabupaten Tapanuli Selatan.
      

PETA ASAL USUL SUKU BATAK DI PULAU SUMATERA

PETA KABUPATEN DI SUMATERA UTARA YANG DIWARNAI MEMILIKI MAYORITAS PENDUDUKNYA SUKU BATAK.
Sumber: WIKIPEDIA Ensiklopedia Bebas tentang SUKU BATAK.

Minggu, 20 Mei 2012


BONA PASOGIT, BONA NI PINASA” ATAU TEMPAT ASAL USUL  [ORIGINAL LAND]   MARGA-MARGA BATAK.
BONA PASOGIT atau juga disebut BONA NI PINASA adalah  TEMPAT ASAL USUL TEMPAT ATAU WILAYAH SUKU DAN MARGA-MARGA BATAK.
Dalam catatan sejarah ada dugaan bahwa Kerajaan Batak sudah ada pada permulaan tarikh Masehi dan mengalami kehancuran sebagai kerajaan Aru atau Kerajaan Batak maritim  pada tahun 1023 Masehi oleh serbuan pertama Rayendra III dari India Selatan. Kerajaan dan Rumpun Batak sejak permulaan Tarikh Masehi sampai dengan hancurnya kerajaan Batak Aru Maritim disebut KERAJAAN BATAK TUA. Batak Tua yang dimaksud adalah Rumpun Batak yang berasal dari Benua Asia yang pindah ke Nusantara  pada zaman perpindahan bangsa-bangsa . Selanjutnya setelah  istana dihancurkan Rayendra III pada serbuan ketiga tahun 1029, akibat kekalahan tersebut ,SI RAJA BATAK  sebagai keturunan raja dari Kerajaan Aru mengundurkan diri ke pedalaman pulau Sumatera di kaki Gunung PUSUK BUHIT yang dinamai  SIANJUR MULA SIANJUR MULAJADI / TOMPA di kaki gunung Pusuk Buhit di Kecamatan Harian dekat kota Pangururan sekarang. Kerajaan Batak yang timbul yang mulanya berpusat di Pusuk Buhit disebut KERAJAAN BATAK DALIHAN NATOLU. [DRS.DJ.Gultom Rajamarpodang,1992, h 140]
PUSUK BUHIT adalah  merupakan BONA PASOGIT atau  Tempat Asal Usul Pertama SUKU BATAK yang terdiri dari banyak MARGA-MARGA BATAK sekarang ini. Dilereng bukit itu terdapat AEK SIPAULAK HOSA yaitu mata air dan pancurannya merupakan sumber air untuk kebutuhan sehari-hari keluarga SIRAJA BATAK  pada awalnya.
1.       HUTA PARIK SABUNGAN  yang terletak pada lereng Pusuk Buhit sebelah barat adalah “Huta “ atau perkampungan GURU TATEA BULAN.
2.       HUTA SIJAMBUR terletak di pertengahan lereng Pusuk Buhit sebelah timur adalah perkampungan RAJA  ISUMBAON, yang mempunyai seorang anak laki-laki bernama TUAN SORI MANGARAJA yang menikah dengan Siboru Bidinglaut putri TATEA BULAN, pindah ke  arah utara  lereng Pusuk Buhit yang bernama HUTA JABUHELA atau RUMAH MENANTU. Pada kampong tersebut terjadi semburan gas belerang dan timbul sumber air panas Pusuk Buhit sampai sekarang.
Selanjutnya  menurut W.HUTAGALUNG, 1963 :
Rumpun Marga TUAN SARIBURAJA:
1.       Rumpun Keturunan SI RAJA LONTUNG, 4 marga yaitu Situmorang,Sinaga,Pandiangan dan Nainggolan menempati Pulau Samosir Selatan, dan sebelah barat Pusuk Buhit seperti Lintong dan Parbuluan. Sebagian marga Situmorang dan Nainggolan menempati bagian utara Barus. Marga Pandingan dan turunannya marga Samosir tinggal di sebelah Timur Silindung yaitu Pangaribuan dan Pahae Jae.
2.       Tiga turunan Marga LONTUNG yang lain yaitu Simatupang,Aritonang dan Siregar menempati Muara, tanah yang datar di sebelah barat danau Toba. Tempat pertama marga Siregar di Tuktuk Sigaol, dari sini kembali sebagian ke Muara, sebagian menyebar ke Humbang,Sipirok, Padang Bolak,Onan  Hasang Simangumban dan Lumut.
3.       Turunan rumpun Marga BORBOR bersebar di berapa wilayah seperti Marga PASARIBU dan LUBIS menempati Haunatas Laguboti,Habissaran /bagian timur Tapanuli,Mandailing Utara dan Utara Barus. Marga DAULAE menempati Padang Bolak,Angkola dan Pinangsori . Marga SIPAHUTAR menempati Luat /Kampung Sipahutar di bagian timur Silindung. Marga HARAHAP menempati Angkola dan Padang Bolak. Marga PULUNGAN menempati Batangtoru dan Sayur Matinggi. Rambe menempati Padang Bolak bagian utara.
4.       Marga LIMBONG menempati lembah sebelah selatan Gunung Pusuk Buhit.
5.       Marga SAGALA menempati lembah sebelah timur Gunung Pusuk Buhit. Di lembah inilah dimulai pembangunan sawah pertama Suku Batak yang menjadi contoh persawahan daerah Suku Batak.Ada juga Marga Sagala di Sipirok ,yang nikah dengan anak perempuan atau Boru Siregar, jadi turunannya jadi disebut “Boru di Ampuan” Marga Siregar.
6.       Marga MALAU tersebar sekitar kampung keliling Pangururan. Yang pindah ke sekitar Siantar Simalungan membuat marganya menjadi DAMANIK.


Rumpun Marga SORBA DI JULU NAI AMBATON
1.       Menempati Pulau Samosir bagian selatan, dari sana  sebagian pindah ke Simelungun,menjadi Marga Saragi dan yang sebagian lain ke tanah Karo menjadi Marga Haro.
2.       Marga Simbolon,Munte,Saragi Tua menempati Pulau Samosir Bagian Barat. Sebagian lain menempati Sionom Hudon dan Siambaton di Utara Barus. Tamba tua menempati Luat Tamba.Marga Sigalingging menempati Parbuluan dan Salak.
Rumpun Marga SORBA DI JAE NAI RASAON 
1.       Menempati daerah Uluan bagian utara dari Sungai Asahan sampai batas  Parapat.
2.       Sebagian Marga SITORUS turunan RAJA SOPIAK pindah ke Parsambilan Kecamatan Silaen, menjadi Marga SITORUS PANE. Marga Purba menempati Simelungun dan Karo.
Rumpun Marga SORBA DI BANUA NAI SUANON:
1.       Rumpun Marga SIBAGOT NI POHAN terdiri dari 17 marga menempati wilayah Toba Holbung, Timur HUMBANG,Porsea,Barus Utara, Anggoli, Mandailing dan Batang Natal. Marga NASUTION berasal dari Marga Siahaan dan DALIMUNTE dari Marga Simanjuntak.
2.        Rumpun  SIPAETTUA menempati daerah sekitar Laguboti. Marga SARUMPAET menempati Siunggas Pahae.
3.       Rumpun SILAHI SABUNGAN menempati Silalahi dan Paropo. Tolping di Pulau Samosir,Tambunan dan Pagar Batu dekat Laguboti, Sigotom dekat Pangaribuan,Tukka dekat Sibolga, Naiborhu antara Marga Panjaitan dan Marga Silaen di kecamatan Silaen, serta Dolok Saribu di Simelungun.
4.       Rumpun Marga SI RAJA OLOAN: Naibaho menempati Pangururan,Sihotang menempati Luat Sihotang, Sihotang menyebar ke Utara Barus dan sebagian kedua marga ini menyebar ke Dairi. Bakkara,Sinambela,Sihite dan Simanullang menempati daerah Bakkara. Sihite dan Simanullang menyebar ke Humbang dan utara Barus. Sebagian Sihite menempati Siualu-ompu di Silindung.
5.       Rumpun SIHOMBING menempati Utara Humbang,Sopa dan Hutaginjang; sebagian menyebar ke Pahae. Rumpun SIMAMORA menempati Selatan Humbang . Rambe di Utara Barus. Simamora dan Sihombing menempati juga Tipang dekat Bakkara.
6.       Rumpun Marga SIRAJA SOBU :Sitompul dan Hasibuan Si Opat Pusoran Hutabarat,Panggabean, Huta galung dan Hutatoruan menempati Selatan Silindung. Hutagalung menyebar ke Padang Bolak,Pagaran Lambung,Nagatimbul,Lobu Singkam,Bonandolok,Sibolga,Poriaha,Huta Imbaru, dan Kolang, dan Silangka-langkaon di lembah Gunung /Dolok Martimbang. Marga Hutabarat menyebar ke Hapoltahan di Padangbolak dan di Sipakpahi Kolang.
7.       Rumpun Marga SIRAJA NAIPOSPOS: Marga Marbun  menempati Humbang Barat,Sanggaran dan Sihingkit di selatan Parmonangan.Banjar Nahor dan Lumbangaol menempati Sijamapolang.Lumbanbatu .menempati Luat Kelasan dan Utara Barus.

Rumpun Marga Toga Sipoholon: Sibagariang,Hutauruk dan Simanungkalit menempati Sipoholon di utara Silindung.Marga Situmeang menempati  Luat Naipospos sampai ke tepi lautan Hindia.
8.       Rumpun Marga SIHUTA LIMA: Sembiring Maha,Sembiring Meliala dan Sambo menempati daerah Karo.

TAROMBO BATAK SI RAJA NAIPOSPOS


TABEL 11:  TAROMBO BATAK TUAN SORBA DIBANUA:
 SI RAJA NAIPOSPOS [SAMBUNGAN 10]
GENERASI IV
GEN. V
GEN. VI
GEN. VII
GEN.VIII
TUAN SORBA
DIBANUA-→
SI RAJAà
   NAI
   POSPOS
1.TOGA--→
   MARBUN
1.LUMBAN
   BATU
1.SARAN 
2.MEHA



2.BANJAR
    NAHOR
 1.SEHUN



3.LUMBAN GAOL



2.TOGA-→
   SIPOHOLON
1.SIBAGARIANG




2.HUTAURUK




3.SIMANUNG-
    KALIT




4.SITUMEANG