Sabtu, 03 November 2012

PADAN / JANJI PANJAITAN DAN SINAMBELA


  
  
 PADAN MARGA PANJAITAN DAN MARGA SINAMBELA.

Telah disajikan sebelumnya bahwa RAJA SITUNGO NAIBORNGIN tidak kembali ke Sitorang, menurut kabar sudah meniggal,tetapi anak dan cucunya Raja Sijorat tidak mengetahui dimana meninggal dan dimana makamnya.
 Menurur keterangan Raja Welsing Panjaitan ,anak Raja Pandua OMPU SI MONGGUR Hutanamora  yang tinggal di Jl. Pabrik Tenun Medan dan mantan pegawai Pemerintah Daerah Propinsi Sumatra Utara adalah sebagai berikut:  Bagi turunan orang Batak adalah aib atau rasa malu, bila orang tua atau ompung/kakek seseorang tidak diketahui keberadaannya ,”bangke dohot hinamborna” atau mayat dan makamnya.
Jadi dalam beberapa tahun diselidiki oleh RAJA SIJORAT kemana perginya, dimana tinggal,jika sudah  meninggal   dimana makamnya. Menurut kabar yang dapat dipercaya dari beberapa tokoh adat,bahwa RAJA SITUNGO NAIBORNGIN  berada di Bakkara,sudah menikah dan mempunyai keturunan, meninggal dan dimakamkan di Bakkara.                                                                                                                                               Oleh sebab itu pergilah RAJA SIJORAT mencari tempat tinggal RAJA SITUNGO NAIBORNGIN , dengan tujuan jika ketemu makamnya ,maka kerangkanya akan digali [mangokkal  holi ni natua-tua] dan dibawa ke Sitorang untuk dilakukan upacara pemakaman menurut adat Batak.    Setelah tiba di Bakkara, RAJA SIJORAT bertemu dengan tokoh-tokoh  adat di Bakkara, diimana beliau menanyakan kebenaran kabar bahwa RAJA SITUNGO NAIBORNGIN sudah meninggal dan dimana makamnya. Setelah diketahui makamnya,maka RAJA SIJORAT member tahu maksudnya  kepada Raja-raja Adat disana untuk “mangokkal holi ni Ompungna” menggali makam kakeknya dan membawa kerangkanya ke kampung halamannya di Sitorang.
Maksud RAJA SIJORAT untuk menggali makam tidak disetujui RAJA SI SINGAMANGARAJA dengan mengatakan bahwa makam tersebut adalah makam orang tuanya. Setelah beberapa lama berdialog ,tidak ada kesepakatan diantara RAJA SIJORAT dan RAJA SI SINGA MANGARAJA. Selanjutnya Raja-raja Adat memutuskan  agar kedua mereka mengadu kekuatan dan kesaktiannya disaksikan Raja-raja Adat dengan cara “marsiranggut dohot martinju” atau berhantam bergumul dan bertinju. Siapa yang menang ,dialah turunan orang mati dalam makam tersebut yang lebih Sakti dan berhak menggali makam yang diperebutkan.                                                               Mereka  berhantam selama satu hari tidak ada yang menang,diteruskan berhantam sampai hari-hari berikutnya sampai tujuh hari bergumul dan bertinju tidak ada yang menang. Akhirnya Raja-raja Adat memutuskan  bahwa RAJA SIJORAT dan RAJA SI SINGA MANGARAJA adalah sama kuat dan sakti dan merupakan turunan dari RAJA SITUNGO NAIBORNGIN yang sudah meninggal dan terkenal sebagai Dukun Besar dan Sakti.
Dasar pertimbangan Raja-raja Adat berdasarkan hukum dan adat Batak:
“Marojahan tu adat dohot uhum  na hombar tu adat pinahot nasida:                                                                    Molo nidanggurhon batu ni halto tu porlak ni dongan, jala tubu ma disi,tontu nampuna porlak I do nampuna bagot i. Songon I ma pangkataion ni angka Raja-raja Adat dohot pangituai ni angka Omputta,dihubungan pardongan tubuonta tu marga Sinambela. Dipahot RAJA SINGAMANGARAJA dohot RAJA SIJORAT PARALIMAN  ma Padan dohot Tonggo natangkas: HAHA NI PARTUBU,ANGGI NI HARAJAON MA RAJA SIJORAT PARALIMAN TU RAJA SINGAMANGARAJA,NASO BOI MASIBUATAN BORU”. [Sumber:PANITIA TUGU RAJA PANJAITAN,1971, hal .30]
 Terjemahannya: Berdasarkan Adat dan Hukum yang sesuai dengan adat yang berlaku: Jika seseorang melemparkan bibit tanaman “halto” atau bibit pohon enau ke kebon orang lain dan bibit itu tumbuh menjadi pohon enau, maka yang punya  pohon enau itu adalah yang punya kebon.  Begitulah pertimbangan  pengetuai Adat tentang” Padan Pardongan Tubuon” antara Marga Panjaitan dan Sinambela, dimana   Padan/Perjanjian  tersebut  antara RAJA SINGAMANGARAJA SINAMBELA dengan  RAJA SIJORAT PARALIMAN PANJAITAN dinyatakan dalam  pernyataan bahwa:  TURUNAN RAJA PANJAITAN ADALAH ABANG DARI SEGI KETURUNAN DAN ADIK DARI SEGI KERAJAAN TERHADAP  KETURUNAN RAJA SINGAMANGARAJA, TIDAK BOLEH ATAU TABU SALING MENIKAHI .
Selanjutnya  Raja-raja adat di Bakkara menyuruh Omputta RAJA SINGAMANGARAJA DAN RAJA SIJORAT  “MEBAT” atau kunjungan adat dan mohon doa restu tentang kerajaan dan kesaktian kepada pamannya RAJA UTI PASARIBU, juga bergelar RAJA RUM di Barus sebagai Raja Kerajaan terkaya dan tertua di Sebelah barat Pulau Sumatera;  hasil perdagangan kapur Barus pengawetan barang berharga dan pakaian beberapa abad dengan India ,Timur Tengah dan Eropah.Mereka pergi ke Barus sebab Ibu R.SINGAMANGARAJA adalah boru Pasaribu anak perempuan RAJA UTI PASARIBU. Mereka berdua pergi ke Barus melintasi hutan yang banyak binatang liar seperti ular, harimau dan lain-lain. RAJA SINGAMANGARAJA DAN RAJA SIJORAT bisa sampai dan masuk Istana Kerajaan.
Melihat kedua tamunya dapat masuk istana kerajaan, dapat menembus hutan-hutan dengan binatang liar dan penjaga istana yang ketat,maka dalam hatinya RAJA UTI, kedua tamu tersebut adalah Orang Yang Sakti. Oleh sebab itu RAJA UTI tidak mau bertemu langsung dengan kedua tamunya dan dia naik ke “songkor” /diatas plafon rumahnya dengan maksud mengamati tindak tanduk kedua tamunya tersebut. Kedua tamu bertemu dan berkenalan dengan “nantulang”/ istri pamannya RAJA UTI. Nyonya RAJA UTI mengajak makan kedua “berenya”/ keponakannya dan menanyakan apa ada makanan kesukaan mereka untuk dihidangkan sebagai tamu dan bere. Jawab RAJA SIJORAT selain hidangan nasi dan lauk agar dihidangkan juga sayur sijungkat atau limut [sejenis sayur yang tumbuh di dalam air dan sayurnya panjang ,dapat dimakan mentah ataupun digodok], hal ini sebagai siasat untuk dapat melihat keatas plafon secara sopan sewaktu makan.
Pada waktu makan RAJA SINGAMANGARAJA  duluan makan sayur yang panjang dan menengadah keatas plafon yang berlobang diatasnya dan bertemu mata dengan pamannya RAJA UTI. Lalu RAJA SINGAMANGARAJA  menucapkan: “Beremuna do hami Tulang,turun ma Rajanami asa rap mangan hita”,artinya  Kami adalah keponakan paman,silahkan turun ,marilah kita makan bersama.  Lalu RAJA UTI menjawab: “Raja na Marsahala,angka na bisuk jala na bijaksana,anak ni Raja Toba, turun pe ahu asa rap mangan ,dungi  mangkatai dohot hamu “ artinya  Raja yang Sakti, pintar dan bijaksana Anak RAJA TOBA, Aku akan turun makan bersama dan setelah itu kita berbicara.
Dalam pembicaraan setelah makan, RAJA UTI mengatakan: “RAJA SIJORAT PARALIMAN MA GOARMU, AI JINORAT NI SAHALAM DO UMBAHEN NA PAJUMPANG BOHI HITA”. Namamu adalah RAJA SIJORAT PARALIMAN,karena kesaktianmu memesan sayur limut dapat menjerat Aku  untuk ketemu muka. Menurut orang tua-tua inilah permulaan nama RAJA SIJORAT PARALIMAN sebelumnya namanya adalah Raja Sijorat.
Dalam pembicaraan, kemudian RAJA UTI menguji kesaktian kedua berenya dengan menyuruh  mencari 5  keanehan atau keajaiban yang belum pernah terjadi yaitu “Manang na boi luluan nasida 5 tanda halongangan naso dung hea masa,ima: 1.Lote na marlau [namarihur], 2.Pungga namarimbulu, 3.Bulung ni ri na sabolak ni anduri, 4. Boru na boi marsabe-sabehon tarusna, 5. Hoda namartanduk” Terjemahannya: Apakah berenya dapat mencari dan menunjukkan keanehan yang belum pernah terjadi sebelumnya yaitu: 1. Burung puyuh yang berekor panjang, 2.Batu asah yang berbulu,3.Daun alang-alang selebar alat penampi beras, 4.Perempuan yang buah dadanya panjang sampai kebelakang bahunya,5.Kuda yang bertanduk.
Sesuai dengan petunjuk arahan RAJA UTI, maka RAJA SIJORAT PARALIMAN dan RAJA SINGAMANGARAJA  pergi mencari perintah paman mereka tersebut. Menurut keterangan dalam buku PANITIA TUGU RAJA PANJAITAN,1971 [h46],R.SIJORAT PARALIMAN yang mendapat dan mengumpulkan 5 keanehan tersebut yaitu:
1.Burung puyuh yang berekor panjang didapat dan ditangkap bekerja sama dengan marga Siagian  di “bona ni amppapaga” sejenis tumbuhan di  Siampapaga.                                                                                                                                                                                2.Batu asah yang berbulu didapat dari Laguboti.                                                                                                             3.Daun alang-alang selebar alat penampi beras  didapat dari Humbang.                                                                                                                         4.Perempuan yang buah dadanya panjang  didapat dari pulau Samosir dan                                                                5.Kuda yang bertanduk dapat dijerat dan ditangkap di Lembah Silindung, kuda tersebut dijerat dengan tali “ualang namarrante rihit” yaitu tali besar yang lebih dahulu direndam dalam darah sapi atau kerbau,kemudian ditaburi dengan pasir yang kasar.
Setelah 5 perintah keanehan tersebut didapat,maka RAJA SINGAMANGARAJA dan RAJA SIJORAT membawa dan menyerahkan hasil  5 keanehan tersebut kehadapan RAJA UTI. Setelah pertemuan tersebut maka RAJA UTI mengakui  KESAKTIAN KEDUA BERENYA DAN MEREKA SALING MENGHORMATI.
Kemudian  RAJA UTI merestui dan menyerahkan Kerajaan TANO /TANAH BATAK  HASUNDUTAN [Barat]kepada bere kandungnya dan yang melihat muka RAJA UTI pertama kali sewaktu makan dengan sayur sijungkat atau limut. Sesudah itu melantik RAJA SINGAMANGARAJA sebagai SINGA ADAT ,SINGA  HUKUM DAN SINGA KERAJAAN  Tanah Batak dan bernama RAJA SINGAMANGARAJA. Sejak pelantikan itulah namanya RAJA SINGAMANGARAJA. 
Kepada RAJA SIJORAT dengan kesaktiannya waktu pertemuan pertama dan dapat menangkap dan memberikan 5 keanehan,maka diangkat dan dilantik sebagai” RAJA BATAK NA DI HABISSARAN”  atau RAJA BATAK DI BAGIAN TIMUR yaitu TOBA HOLBUNG mulai gunung GUNUNG / DOLOK TOLONG sampai  ASAHAN dan lautan  disebelah Timur atau Selat Malaka.
Demikianlah informasi yang dapat kami sajikan bagi  Hubungan PERJANJIAN MARGA PANJAITAN DAN MARGA SINAMBELA.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar